Relevansi Ramadhan Di Dalam Membangun Peradaban Ummat

Oleh : Ofis Ricardo

Ramadhan merupakan karunia dari Allah kepada ummat Nabi Muhammad SAW untuk melakukan optimlisasi amal ibadah. Ummat sebelum zaman Nabi Muhammad SAW telah Allah karuniakan kepada mereka usia yang panjang, Ummat nabi Nuh misalnya, yang mencapai usia hingga ratusan tahun. Hal ini membuat mereka memiliki kesempatan yang lebih panjang untuk beribadah serta berbakti kepada Allah SWT.

Dsisi lain ummat Nabi Muhammad SAW, yang memililki usia relatif lebih pendek, dengan Maha Pengasih Nya menganugerahkan Ramadhan sebagai sarana untuk melakukan akselerasi amal ibadah. Sehingga dengan pahala yang berlipat ganda di bulan Ramadhan, dapat disetarakan dengan ibadahnya seorang manusia yang berusia ratusan bahkan ribuan tahun lamanya.

Sejarah telah mencatat Ramadhan telah berhasil mengukir sejarah penting di dalam membangun sebuah peradaban ummat manusia. Di dalam sejarah ummat manusia dijelaskan bagaimana mata dunia terbelalak menyaksikan tentara perang Rasulullah meluluhlantakkan kaum Quraisy pada bulan Ramadhan pada tahun ke dua Hijriyah dan membebaskan Kota Mekkah pada tahun ke delapan hijriyah. Muzaffar Quthus menaklukkan pasukan Tartar dalam perang ‘Ain Jalut pada bulan Ramadhan, Shalahuddin Al-Ayyubi mengusir perang salib dari tanah Palestina dalam perang Hithin juga pada bulun Ramadhan. Muhammad Al-Fatih Murad melakukan puasa sunnah tiga hari berturut-turut sebelum merebut Konstantinopel.

Kemenangan yang mereka raih itu, sebagai wujud Ramadhan akan selalu dan senantiasa menciptakan pahlawan-pahlawan baru yang akan membangun peradaban ummat manusia. Ada satu hal yang sangat menarik yang patut di ungkap di dalam perang Badar. Skenario Allah memang sangat indah. Perang badar terjadi pada tahun kedua hijriyah. Pengondisian serta persiapannya terjadi setahun sebelumnya dan Allah men-skenario-kan perang badar saat Ramadhan. Saat Allah untuk pertama kalinya mewajibkan berpuasa. Perang itu merupakan perang atas hasil dua kemenangan sekaligus. Bahkan menjadi penyebab dan pengantarnya. Kemenangan pertama adalah kemenangan di alam jiwa. Kemenangan di alam ruh. Mereka berada di puncak keimanan, jiwa-jiwa mereka melanglang buana di langit keimanan dan tawakal, hasrat dan rindu mereka hanya terpaut kepada surga. Kepecayaan yang tidak terbatas pada Allah SWT. Tekad baja yang tidak terkalahkan dalam menegakkan kebenaran, keberanian yang yang tak pernah dapat disentuh oleh ketakutan, dan kerinduan pada surga yang tidak dapat diselesaikan oleh fatamorgana dunia menjadi hal yang yang memberi energi dahsyat.

Mengapa kemenangan demi kemenangan itu dapat terjadi? Allah Maha Tahu fitrah manusia. Mereka memiliki dimensi ruhani yang kokoh yang dapat memompa jiwanya untuk dapat melakukan gerakan-gerakan yang konsisten serta terarah. Dimensi ruhani menurut fitrahnya akan selalu mengikuti apa suara Tuhan. Sehingga perlupotensi itu terus dikembangkan. Ramadhan dan puasa momentum yang tepat untuk itu. Itulah rahasianya, puasa! Puasa menjadikan setiap mukmin meraih kemenangan di alam jiwa, sebelum meraih kemenangan di alam nyata. Dan pada akhirnya akan memilki suara hati yang sesuai dengan fitrahnya. Sehingga gerakan-gerakan membangun peradaban itu dapat dilakukan berdasarkan ruhani yang kokoh, bersih, dan suci.

Melihat konteks kekinian, dengan permasalahan ummat yang begitu kompleks, dibutuhkan ruh baru untuk membangun sebuah peradaban yang kokoh seta mengakar kuat. Pembinaan yang dilakukan Ramadhan pada aspek ruhaniyah, fikriyah serta jasadiyah memberikan andil besar untuk menciptakan pahlawan-pahlawan itu.
Dalam konteks kebangsaan Indonesia, Ramadhan berpotensi besar utuk menciptaan pahlawan Indonesia. Secara spesifik golongan-golongan yang dapat menjadi golongan pembaharu Indonesia, (Ust Anis Matta, Mencari Pahlawan Indonesia) mereka itu adalah setiap ummat manusia yang :

1. Memiliki Keberanian :
Sahabat abu Bakar serta Utsman Bin Affan dengan segenap keikhlasan dalam dirinya menyerahkan seluruh harta bendanya untuk Jihad Fii Sabilillah. Sementara sahabat Umar bin Khattab dengan tenaganya, ikhlas untuk mengeluarkan darahnya. Disisi lain Ali Bin Abi Thalib dalam usia belasan tahun sudah menghunuskan pedang berjihad di jalan Allah.

2. Sabar
Sabar merupakan salah satu out-put yang diharapkan setelah selesai melaksanakan Ramadhan. Sabar akan segala ujian, sabar akan segala penderitaan, kemiskinan. Serta sabar akan nyawa sebagai taruhannya.

3. Pengorbanan
Ramadhan membina setiap ummat untuk dapat berkorban. Mengorbankan segala-galanya demi kejayaan ummat.
Begitulah Ramadhan men-tarbiyah ummatnya, membangkitkan potensi ruhani. Menciptakan kemenangan di alam jiwa sebelum kemenanangan di alam nyata. Dan Ramadhan akan menciptakan pahlawan-pahlawan baru bagi ummat, bangsa serta peradaban manusia. Jika kita (seluruh kaum mukmin) melaksanakan puasa dengan penuh kesungguhan serta kesabaran, maka kitalah yang akan menjadi Pahlawan Indonsia yang sedang dinanti itu.
Wallahu ‘alam bisshawab

2 tanggapan untuk “Relevansi Ramadhan Di Dalam Membangun Peradaban Ummat”

Tinggalkan komentar