Aku dan Habibie

Tanggal 20 Desember 2012 Film Ainun Habibie di rilis di bioskop-bioskop Indonesia. Melihat tralier nya sepertinya film ini sangat menarik. Film yang menggambarkan kisah percintaan Ainun dan Habibie. Ya Ainun Habibie. Kisah percintaan mantan Presiden ketiga Indonesia dengan almarhumah istrinya Ainun. Dan tiga hari setelah ditayangkan barulah ku sempatkan nonton film ini. Sempat penasaran bagaimana kisah cinta Ainun dan Habibie. Bahkan pada suatu kesempatan Habibie mengatakan bahwa Ainun sebagai separu jiwanya. Separuh jiwaku telah pergi, kata Habibie lirih.

Aku punya pengalaman unik dengan Habibie. Bagiku yang masih kanak-kanak dimasa keemasannya, Habibie menjadi sosok idola bagi anak-anak sepertiku ketika itu. Habibie menjadi icon otak yang jenius (dan juga kesantunan dan keshalihan), dan tidak sedikit para orang tua yang mencita-citakan anaknya agar seperti Habibie. Aku menyebut saat menjadi Menristek dan Ketua BPPT sebagai masa keemasan Habibie, dan bukan saat Habibie menjadi presiden. Habibie menjadi Menristek itu lebih berarti dengan karyanya yang monumental : Menciptakan pesawat terbang. Pesawat terbang merupakan pembuktian sampai dimana peradaban bangsa modern. Dan Habibie dengan segenap pikirannya mampu melakukannya, Pesawat Gatot Kaca N-250 membuktikan bahwa bangsa Indoenesia layak disejajarkan dengan bangsa lain yang lebih dahulu telah menciptakan pesawat terbang.

Semasa Habibie menjadi Menristek, ber-otak jenius dan mampu membuat pesawat terbang. Tiap kali aku melihat Habibie di layar kaca mata saya begitu berbinar-binar. Tubuhnya yang mungil, namun dengan milyaran sel-sel otak yang jenius.

Nenekku ketika aku belum bersekolah ketika usia 5 tahunan,  selalu menjadikan sosok Habibie sebagai panutan cita-cita tertinggi. Ingin aku juga menjadi Insinyur seperti Habibie.. ^_^. Ya seperti hal nya orang tua dulu, mereka hanya mengenal satu gelar saja yaitu “Insinyur”. Ya Insinyur merupakan gelar akademik bagi seseorang menempuh pendidikan teknik/teknologi. Dan kebetulan ada contoh kejeniusan seorang insinyur, dia adalah BJ Habibie.

Kebiasaan dikeluargaku, saat lebaran idul Fitri kami sekeluarga solat Id di Masjid Istiqlal. Karena memang hari raya sekali setahun, dan suasana shalat dimasjid besar memang punya kekhusyukan tersendiri. Rasanya senang saja bisa shalat Id sekali setahun di masjid terbesar di Indonesia itu. Bisa shalat bersama dengan Presiden serta para mentrinya.

Masjid Istiqlal merupakan masjid nasional. Artinya masjid ini tingkatan nya nasional. Bila ada event acara-acara peringatan hari besar Islam bertaraf nasional biasanya dilaksanakan di masjid ini. Termasuk presiden, para mentri, sejumlah pejabat tinggi negara, serta duta besar negara sahabat melakukan shalat Id tiap tahun di masjid ini.

Para jamaah riuh bila dibagian depan shaf paling depan berjalan para mentri, dari arah selatan ke utara masjid dan mencari posisi barisan mentri shalat. Ya tentu saat itu, bagi anak seusiaku, yang biasa melihat para pejabat itu dilayar kaca terasa berbinar melihat mereka langsung dihadapan. Dan sudah menjadi tradisi, setelah presiden dan wapres meninggalkan masjid setelah shalat usai, para jamaah sengaja memburu bersalaman dengan mentri dan sekedar mengucapkan selamat lebaran. Walau kadang nampak tidak tertib…

Seingat ku saat Idul Fitri tahun 92 saat aku kelas 2 SD. Seusai shalat id, dilantai dasar masjid. Habibie “dijegat” wartawan untuk wawancara. Ramai dikerubung wartawan. Bagai madu dikerubung lebah. Ramai sekali, berdesakan. Walau akhirnya tertib. Karena ini yang diwawancarai seorang mentri. Aku saat itu bersama ayah ku, siap-siap untuk pulang kerumah. Dan karena yang diwawancarai Habibie, Ayahku sengaja berhenti dan melihat lebih dekat sang Menristek ini. Dan mendengarkan materi wawancara.

Dan entah dapat ide dari mana, Ayahku berujar pelan ditelingaku “Fis, pegang tangannya Habibie, biar pinternya nular!” sambil tertawa kecil. what? Pegang tangan Habibie? Menerobos wartawan itu? Aku ragu untuk melakukannya. Dan akhirnya aku nekat, karena ini kesempatan langkah… lalu, aku pun melangkah, menerobos wartawan yang sibuk mewawancara sang mentri. Salip kri, salip kanan,  menyelinap di sela-sela “brikade” kuli tinta. Dan yap! Aku berhasil mendekati pak Mentri. Dan langsung aku elus-elus punggung tangannya yang halus itu. Seingat ku itu tangan kanan Pak Mentri ^_^. Habibie terus saja menjawab pertanyaan para wartawan, rupanya beliau tidak menyadari usapan tanganku ditangannya. Operasi Sukses! Aku sudah mengelus tangan manusia jenius itu. Dan setelah operasi sukses aku pulang girang tiada kepalang. Semoga “keramat” tangan Habibie menular kepadaku dan menjadikan aku sukses dimasa depan, dan menjadikan ku orang besar ^_^, itu harapan ide Ayahku saat itu…

Wah bagiku ini pengalaman dengan Habibie ini yang sangat berkesan dari sejumlah mentri yang kujumpai saat Id di Istiqlal dari tahun ke tahun. Selain berjabatan dengan Menlu Ali Alatas, Menpora Hayono Isman, dan sejumlah mentri lainnya…. Pengalaman yang sangat menyenangkan bagi anak-anak seusiaku saat itu……….

Suatu saat, aku ingin menceritakan hal ini lebih dekat kepada Habibie, tentang kejadian ini… Moga kesempatan itu ada…. ^_^…

Tinggalkan komentar